“Don't wait until everything is just right. It will never be perfect.
There will always be challenges, obstacles and less than perfect conditions.
So what. Get started now. With each step you take,
you will grow stronger and stronger, more and more skilled,
more and more self-confident and more and more successful.”
Mark Victor Hansen

"Jangan menunggu sampai semua lengkap. Itu tidak akan pernah sempurna.
Akan selalu ada tantangan, hambatan dan kondisi tidak sempurna.
Lalu tunggu apa lagi? Mulai saja sekarang.
Dengan setiap langkah yang Anda ambil,
Anda akan tumbuh makin kuat, makin terampil, makin percaya diri dan makin sukses."
Mark Victor Hansen

Pengunjung laman Omochatoys yang baik. Ada tiga peribahasa asing yang mempunyai makna yang mirip-mirip, masing-masing dari Itali, Inggris dan Jepang.

  • Non vendere la pelle dell'orso prima di averlo preso.
  • Don't count your chickens before they are hatched.
  • Toranu Tanuki no Kawazanyo.

Ketiganya mempunyai makna yang sama, yaitu "Jangan terlalu berharap pada sesuatu yang belum pasti".

Peribahasa Itali : Non vendere la pelle dell'orso prima di averlo preso.

Non = tidak
Vendere = menjual
la pelle = kulit
dell'orso = beruang
prima di = sebelum
averlo preso = itu diambil (ditangkap)

Jadi “Non vendere la pelle dell'orso prima di averlo preso”, berarti : Jangan menjual kulit beruang, sebelum beruang tersebut ditangkap.

Peribahasa Jepang : Toranu Tanuki no Kawazanyo.

Toranu  = Toranai = Tidak diambil (Belum ditangkap)
Tanuki = Binatang sejenis luak (England : Badger, American : Raccon)
No = Dipakai sebagai penyambung dua kata benda. Biasa disebut sebagai partikel.
Kawa = Kulit (binatang)
ZanKeisan = Menghitung
Yo = Desuyo = Dipakai untuk menutup sebuah kalimat dalam bahasa Jepang

Jadi “Toranu Tanuki no Kawazanyo” berarti Menghitung penjualan kulit Tanuki yang belum tertangkap.

Toranu Tanuki no Kawazanyo menggambarkan orang yang menghitung-hitung keuntungan dari penjualan kulit tanuki, padahal binatangnya saja belum ditangkap.

Peribahasa-peribahasa asing di atas menasehatkan kita untuk jangan mengharapkan hasil yang belum pasti. Apakah tidak ada peribahasa tersebut dalam bahasa kita? Sudah tentu, ada dong.

Yaitu : "Ikan masih di laut, lada garam sudah di sengkalan". Yang artinya, sudah bersiap sedia mengecap hasil yang belum lagi diperoleh. [Sengkalan = pengisar rempah-rempah, kayu yang dipakai untuk menggiling rempah-rempah. KBBI edisi ketiga, hal 1036] [Wikipedia, kategori peribahasa].

Pembaca yang baik, sepertinya ada tiga hal yang memperlambat memulai bisnis,

  1. Terlalu lama berpikir
  2. Terlalu Berhitung Untung Rugi
  3. Terlalu banyak bertanya

Perlu dicatat, penulis menggunakan kata Sepertinya, karena memang, penulis tidak punya data (dasar) yang jelas. Jenis artikel ini adalah tulisan populer, bukan jenis tulisan resmi (ilmiah, dokumen, dan sejenisnya). Jadi pembaca juga tidak perlu terlalu serius.

Beberapa pelaku usaha punya kiat untuk mengatasi hal ini.

Guru dari banyak Enterpreneur, pendiri Enterpreneur University, Kiat Purdi E. Chandra menyamakan bisnis dengan ke kamar mandi. Kutipan dari Purdi, "Bisnis adalah sama dengan ke kamar mandi". Kata beliau, "Apakah kalau kita mau ke kamar mandi, kita berpikir dulu? Apakah kita berpikir nanti kita pakai gayung begini, toiletnya bagaimana dlsb? Tentu tidak bukan? Kalau kita mau ke kamar mandi, ya sudah kita ke kamar mandi saja. Setelah di kamar mandi, melihat kondisi yang ada kita bisa sendiri bukan?"

Kiat Bob Sadino “Berhentilah membuat rencana! Melangkahlah!”.  Menurut Bob Sadino, banyak orang bodoh lebih cepat memulai usaha. Kenapa? Karena orang bodoh tidak bisa analisa ini-itu, tidak bisa berhitung untung-rugi. Orang bodoh tidak banyak ide dan rencana. Orang bodoh tidak banyak pilihan. Jadi ya gitu deh, karena orang bodoh tidak punya pilihan lain, ya mulai usaha saja. Bob Sadino biasa dipanggil dengan Om Bob. Dia adalah pemilik jaringan Kemfood dan Kemchick. Terminologi bodoh dan pintar di sini, jangan terlalu dimasukkan ke hati ya. Om Bob memang begitu. Yang penting kita mengerti maksud beliau.

Tidak ada maksud menyandingkan dengan kedua pelaku usaha di atas, jauh-jauh di level bawah, di level pelaku usaha rakyat, usaha ibu rumah tangga. Kiat bu Yuni Yoyok, tukang mainan edukatif Omochatoys (www.omochatoys.com) adalah, “Gelar Lapak”. Bu Yuni bilang, "Namanya dagang, orang harus tahu kita jualan. Belum punya toko, gelar lapak saja pakai tikar. Tidak punya tikar, gelar lapak pakai koran! Yang penting usaha dimulai". Omong-omong, kalau mengikuti philosofi om Bob, bu Yuni masuk di kategori bodoh atau pintar ya?

Baik pak Purdi, om Bob dan bu Yuni masing-masing punya alasan sendiri untuk memulai usaha. Alasan om Bob adalah ingin punya usaha, sedang alasan bu Yuni adalah ingin punya kegiatan dan penghasilan. Tapi yang jelas, mereka sudah memulai.

Jika mengikuti pola dari Purdi, om Bob, dan Yuni, kelihatannya mereka gampang-gampang saja mulai berbisnis. Tapi sebetulnya usaha mereka juga tidak langsung berputar, mereka juga jatuh bangun. Pastinya, mereka juga punya perhitungan, tidak asal-asalan. Coba lihat bisnis yang mereka lakukan. Usaha mereka adalah usaha riil. Usaha nyata. Purdi melakukan bisnis jasa bimbingan belajar, rumah makan padang dll. Bob Sadino bisnis ayam dll, Yuni bisnis mainan (belum ada dll-nya). Riil sekali. Barang yang diperlakukan jelas, pemakai (end user) nya jelas. Mereka tidak menjalankan bisnis yang tidak jelas. Yang tidak kelihatan barangnya.

Tidak ada usaha yang langsung jadi, Tidak ada cara cara mudah cari uang. Baik menggunakan internet ataupun tidak, tidak mungkin uang datang sendiri. Kita diwajibkan berpikir, karena kita punya pikiran. Kita juga harus bertanya, agar tidak sesat di jalan. Kita juga perlu berhitung agar tidak konyol. Tapi kalau terhenti di situ, itu yang disayangkan.

Kita jangan terlalu hitung-hitungan dulu sebelum mencoba. Kita jangan berharap dulu sebelum dapat hasilnya. Bagaimana mungkin kita menghitung-hitung keuntungan, jika kita hanya berhitung dan tidak berjualan? Bagaimana mungkin kita menghitung hasil penjualan, jika kita belum berjualan dan merasakan sulit dan senangnya berjualan?  

Peribahasa Jepang mengatakan "Toranu Tanuki no Kawazanyo". Peribahasa Indonesia mengatakan "Ikan masih di laut, lada garam sudah di sengkalan".

---***---