"Pemimpin itu role model, pembuat keputusan.
Pemimpin itu pasti bikin kesalahan, karena pemimpin itu harus bikin keputusan.
Kalau sampai pemimpin tidak bikin keputusan, gak ada yang bisa dikerjakan.
Diem saja, status quo."
Galaila Karen Agustiawan - Dirut Pertamina

Beberapa tahun yang lalu (tahun 2002), ada beberapa tenaga kerja Indonesia yang dihukum cambuk di negeri tetangga. Setelah itu mereka diusir, mereka transit dulu di daerah Nunukan Kalimantan. Episode-episode kondisi TKI di Nunukan tersebut ditayangkan di televisi, dan diberitakan di koran-koran nasional. Sangat mengenaskan.

Ada seorang kakek yang melihat tayangan tersebut. Kakek itu kemudian bicara sendiri, "Kalau saya presiden, akan saya suruh pulang semua orang Indonesia yang jadi pembantu di luar negeri". Saya suruh kerja saja di Indonesia.

Kakek tersebut ngelantur. Suruh pulang sih gampang, tapi setelah itu mau gimana? Memang di Indonesia, ada kerjaan? Dan kakek tersebut, memang bukan presiden.

Beberapa hari yang lalu, harian Kompas mengangkat berita tentang perdagangan manusia. Gadis-gadis Indonesia dari Lampung yang diculik kemudian dijual di Malaysia. Sebagai orang tua yang mempunyai anak perempuan, kami tidak rela mendengar cerita tersebut. Pada berita tersebut, petugas imigrasi terkesan membiarkan (atau tidak mau tahu) terjadinya penculikan tersebut.

Ada juga berita tentang beberapa gadis yang diiming-imingi kerja sebagai karyawan restoran, tapi setelah di luar negeri ternyata malah diperjual-belikan, seperti budak saja. Apakah Anda rela ??

Kita sering mendengar, Indonesia negara yang kaya, Sumatera dan Kalimantan punya minyak, Papua punya emas, tanah Jawa subur, kita punya sumber daya alam yang melimpah.

Pertanyaan klasik, kenapa kehidupan masyarakat kita miskin? Dari sejak merdeka, sampai sekarang kita miskin. Ada yang bilang kita tidak miskin. Baiklah, penulis tidak ingin berdebat tentang apakah kita miskin atau tidak. Tapi yang jelas, saat ini (bulan  Februari 2009) masih banyak anak jalanan. Bayangkan anak seusia Kiyo (putri bu Yuni, Rizkiyo, usia 4-5 tahun) harus mengemis di jalanan. Anak-anak tersebut cantik-cantik. Bagaimana jika anak tersebut anak kita? Kemudian masih banyak juga ibu-ibu kita, istri-istri kita, anak-anak perempuan kita yang terpaksa menjadi pembantu di luar negeri. Disiksa lagi.

Ada tiga jenis negara, yaitu negara maju, negara berkembang dan negara terbelakang. Indonesia negara apa? katanya Indonesia negara berkembang. Sejak jaman dulu sampai sekarang, tetap negara berkembang. Banyak orang Jepang bilang, sampai kapan pun Indonesia akan jadi negara berkembang. Itsumademo Indonesia wa hatten tojokoku desu ne. Ada yang bilang dengan mimik prihatin, ada yang bilang dengan tersenyum, ada juga yang bilang dengan tertawa.

Artinya apa? Artinya...ya kita akan begini-begini terus. Kita tetap akan tetap sulit jalan-jalan ke luar negeri, mata uang kita rendah, kita sulit dapat visa, kita tetap akan ekspor pembantu, tetap ada warga kita yang dihukum cambuk di negeri tetangga, tetap ada warga kita yang diperkosa di timur tengah dan kita akan tetap begini-begini saja. Orang Indonesia akan tetap dipandang sebagai warga dunia kelas dua.

Karena itu, kita jangan bangga dulu dengan status negara berkembang. Masak kita mau tetap begini-begini saja? Apakah pembaca tetap mau dipandang sebagai warga dunia kelas dua.

Terus mau bagaimana? Siapa sih yang tidak ingin maju? Semua juga sudah tahu kalau Indonesia ekspor pembantu, tapi terus mau bagaimana?

... Mau bagaimana ya? Kami juga tidak tahu.

Kami tidak mengerti ilmu ekonomi. Tapi dari pengalaman kami memproduksi mainan, kami sudah bisa mempekerjakan 15 karyawan. Jadi jika ada 100 bengkel mainan yang seperti kami, berarti 1500 tenaga kerja bisa terserap.

Selain workshop mainan, workshop apalagi? Bagaimana kalau workshop sabun? atau workshop piring? atau workshop kue ketan?

Bagi yang pinter dan punya modal besar, jangan hanya sekedar workshop atau bengkel, bangun pabrik sekalian.
Bangun pabrik selotip, bangun pabrik gunting, bangun pabrik lem dan lain-lain.

Untuk pengiriman barang, ibu Yuni menggunakan selotip seminggu minimal 10 gulung. Sebulan 40 gulung. Kalau ada 100 usaha seperti ibu Yuni berarti 4000 gulung. Belum usaha-usaha yang lain. Pasar ada kan? Bagaimana dengan lem. Untuk produksi mainan, kami juga menggunakan lem. Teman kami yang produksi sepatu juga menggunakan lem. Anak TK dan playgroup juga pakai lem. Pasar ada kan? Bagi yang mengerti cara bikin lem, ayo produksi lem dong. Tapi harus bagus, biar bisa laku.

Bagaimana dengan produksi mesin amplas? wah laku juga tuh. Bagi yang mengerti mesin, coba bikin mesin amplas. Masak mesin amplas saja, kita harus import sih? Atau kalau bisa ayo produksi kertas amplasnya sekalian. Gimana tuh anak ITB, ITS, UI, UGM, UNHAS? Jangan hanya bisanya demonstrasi dan berantem melulu. Ayo produksi dong. Buat anak teknik mesin, mestinya kalau bikin mesin amplas saja bisa kan? Bikin terus jual. Jual dengan harga yang bersaing!

Terserah deh, mau produksi apa... yang penting kita perlu punya produk. Dan kalau bisa kita memberdayakan tenaga kerja kita. Tapi jangan produksi narkoba ya.

Terus nanti kalau banyak yang produksi mainan, apa ibu Yuni tidak takut tersaingi? .... Aduh...gimana sih? kok takut tersaingi. Tidak, kami sama sekali tidak khawatir. di China ada lebih dari 1000 pabrik mainan. Tidak apa-apa.

Penduduk Indonesia lebih dari 250 juta. Sebuah pasar yang lumayan. Apa saja bisa laku. Kami tidak khawatir pada kompetitor. Bahkan kami ingin bersinergi dengan kompetitor. Dan itu sudah kami lakukan. Jika ada barang yang tidak kami punya, kami kontak kompetitor kami. Demikian pula kompetitor kami, jika mereka tidak punya, mereka kontak kami. Sudah tentu, sesuai dengan definisi kata kompetisi, supaya kita juga tetap bertahan dan bisa berkembang, kita tetap perlu memikirkan strategi menghadapi kompetitor (Lihat juga artikel Akan Selalu Ada Kompetisi).

Penulis lupa namanya, seorang pimpinan IBM Indonesia (wanita) saat diwawancarai di televisi Metro TV bilang, bahwa jaman sekarang kita harus bisa bersinergi dengan pihak-pihak lain termasuk kompetitor kita. Benar sekali.

Perlu digaris bawahi, bahwa kami tidak anti barang import. Bahkan Omochatoys adalah distributor barang import. Kami juga menjual mainan edukatif import. Omochatoys menjual produk import seperti kolintang, puzzle-puzzle, maze dan beberapa jenis lainnnya. Produk lokal dan produk import saling mengisi. Ini penting!!!.

Di jaman global, era internet (baca keterbukaan informasi, red.) dan penuh persaingan ini, kita tidak boleh sombong dan tidak bisa bersikap tertutup. Yang penulis ingin kemukakan adalah, penting bagi kita untuk bisa menghasilkan produk dalam negeri, yang secara langsung memberdayakan tenaga produktif kita dan secara tidak langsung menjadi salah satu jaminan pasokan barang di dalam negeri. 

Kita harus berusaha agar pasar kita jangan sampai hanya terisi oleh produk import, nanti kita tergantung pada produk luar negeri. Selain pasar dalam negeri, kita juga harus berusaha untuk mengisi pasar-pasar luar negeri. Di negara luar, barang kita yang disebut produk import. Di sini produk lokal dan produk import saling bersinergi.

Produksi hasil pertanian juga penting. Semua perlu makan. Nanti kalau sudah agak longgar (dana, tenaga dan waktu), kami ingin produksi hasil pertanian juga. Moga-moga bisa terlaksana. Amin.