Beberapa waktu yang lalu, kami menerima sms curhat dari seorang distributor kami. Mbak Opi dari Riau. Dia bilang bahwa dia telah menjadi korban penipuan sebuah suplier mainan di daerah Jatibening Bekasi Jawa Barat. Mbak Opi bercerita, selain dia salah seorang distributor kami ibu Mitha dari Perawang juga telah menjadi korban penipuan situs tersebut. Kami menyarankan agar mbak Opi mengirim email kepada kami agar kami bisa sharing cerita tersebut kepada para distributor lain.
Pagi ini (25 Januari 2009) kami menerima mail dari mbak Opi, di bawah adalah cerita dari mbak Opi. Di mail mbak Opi, domain dan nama pelaku ditulis secara jelas. Oleh kami, kami edit menjadi initial. Selain itu, mail mbak Opi kami upload apa adanya.
Kami juga mendapat informasi dari distributor lain, ibu Erika dari Samarinda, kakaknya di Jakarta pesan ke situs yang sama dari bulan Nopember 2008, sampai sekarang belum selesai dengan alasan banjir. Kakaknya masih akan menunggu sampai pesanannya diterima.
Di artikel memulai bisnis 4 - TIK dan UKM - situs ini, di bagian bawah juga sudah kami link tentang penipuan di internet. Seperti yang mbak Opi sarankan, agar pedagang mainan edukatif lainnya untuk berhati-hati.
Di internet, domain dan nama bisa dengan mudah berganti. Pedagang dengan mudah setting harga yang murah. Kalau harga terlalu murah, seharusnya kita juga harus curiga. Jika tidak ada keuntungan, bagaimana produsen, suplier atau distributor bisa hidup?. Tidak terbatas pada bisnis mainan edukatif, para pebisnis bidang lainpun kami harap menjadi lebih berhati-hati.
HATI-HATI DENGAN T-B-dotCOMIni adalah kisah saya yang mudah-mudahan bisa menjadi bahan agar rekan2 sesama penjual mainan edukatif berhati-hati terhadap calon supplier mainan.
Alkisah, sekitar bulan Agustus 2008 lalu saya ada kesempatan untuk mengikuti pamerann di Riau Expo selama sepekan. Jauh-jauh sebelum hari itu saya menyiapkan stock barang untuk kebutuhan pameran selama sepekan.
Berhubung Omocha sebagai supplier reguler saya sedang banyak jenis barang yang kosong saya mencoba mencari supplier lain.
Searchinglah saya di internet hingga berjumpalah saya dengan t-b-DOTcom.Transaksi pun terjadi, saya transfer uang Rp 2 jt lebih. Ternyata barang yang dijanjikan tak kunjung datang.
Sy teelpon katanya sudah dikirm. Hingga babarapa hari kemudian saya dikabari kalau barang salah kirim ke Medan. Terus saya kejar, banyaaaak…. Sekali alasannya. Saya pun mulai curiga tapi mencoba berbaik sangka, secara Pak A- (pihak t-b-DOTcom) minta diberi pengertian.
Ternyata bulan demi bulan berlalu, sms atau telepon saya mulai tak ditanggapi. Hingga saya mendapat kabar dari Bu Mitha (Perawang) yang ternyata mengalami kejadian serupa. Segera saya telepon Bu Mitha untuk tahu “modus operandinya” ternyata kurang lebih sama. Bu Mitha juga kena Rp 2t-anKalau kita lihat webnya sampai sekarang masih aktif, gambar mainannya pun bagus-bagus. Harganya??? Tak tanggung murahnya.
Sampai saya menulis surat ini, saya belum mendapati itikad baik dari pihak t-b-DOTcom untuk melunasi hutangnya. Saya sarankan pada teman sesama pedagang mainan edukatif untuk berhati-hati. Atau kalau memang ada yang juga menjadi “korban” saya berpikir untuk besama-sama menyelesaikan lewat jalur hukum.
Ini bukan masalah nominal Rp 2 jt saja, tapi supaya tidak ada lagi yang jadi korban. Saya lihat counter pengunjung web itu lumayan juga.Nilai 2 jt bukan jumlah yang kecil kalau kita sama-sama memahami proses belajar dalam membangun usaha.
Okelah kalau kita mencoba berbaik sangka pada Allah itu mungkin ongkos belajar untuk sukses, tapi bagaimana pun hak itu harus diperjuangkan.
Demikian cerita saya, mudah-mudahan menjadi bahan pembelajaran untuk kita bersama.
wassalamu'alaikum wr wb